Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca
Ad

Gagal Jadi Ketua RT, Warga Ambil Mimbar Masjid yang Pernah Disumbangkan


Kalah jadi Ketua RT… kok yang pulang malah mimbar masjid? 
Ini lomba kepemimpinan atau sistem cashback sumbangan?
Kalau kalah, semua amal bisa ditarik ulang juga?
Jamaah bingung, warga bertanya-tanya.. 😛😛


ERKAEL.com - KENDARI --- Seorang warga di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), kembali jadi perhatian setelah melakukan tindakan tak biasa usai gagal terpilih sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT). Ia mengambil kembali mimbar masjid yang sebelumnya pernah dia wakafkan untuk lingkungan sekitar. Aksi itu berlangsung, Selasa (23/12/2025), dan langsung mengundang reaksi dari warga dan tokoh agama.

Peristiwa bermula ketika seorang warga di lingkungan RT 06 Kelurahan Wua-Wua, Kecamatan Kadia, membawa pulang kembali mimbar masjid yang selama ini menjadi bagian dari sarana ibadah jamaah. Mimbar tersebut sebelumnya diwakafkan oleh yang bersangkutan sebagai bentuk sosial dan kontribusi kepada masyarakat setempat.

Namun beberapa jam setelah pengumuman hasil musyawarah desa yang menetapkan Ketua RT baru, warga yang merasa dirugikan dalam pemilihan tersebut langsung membawa mimbar itu keluar dari kompleks masjid menuju rumahnya.

Aksi warga yang terekam oleh beberapa jamaah dan beredar di media sosial ini menjadi sorotan warga lain dan pengurus masjid. Beberapa warga tampak kebingungan melihat mimbar yang biasanya menjadi tempat imam berdiri saat khotbah tiba-tiba hilang dari tempatnya.
“Karena Saya Tidak Terpilih…”

Ketika dikonfirmasi, pria yang mengambil kembali mimbar itu menjelaskan alasannya dengan singkat namun tegas. Ia mengaku kecewa karena tidak terpilih sebagai Ketua RT, padahal menurutnya ia sudah banyak berkontribusi kepada lingkungan tersebut.

“Saya sudah lama berbuat untuk lingkungan, termasuk menyumbangkan mimbar ini untuk masjid. Karena saya tidak terpilih, saya ambil kembali mimbar tersebut,” ujar pria itu, yang enggan disebutkan namanya, kepada wartawan di depan rumahnya.

Ucapan itu memantik reaksi beragam dari warga. Ada yang menganggap tindakan itu berlebihan, sementara yang lain mengatakan hal tersebut menjadi cerminan konflik sosial kecil yang berkembang di tingkat lingkungan.

Reaksi Warga dan Pengurus Masjid

Sejumlah warga yang berada di lokasi kejadian menyayangkan tindakan pria tersebut. Ustadz pengurus masjid Ahmad Syafi’i mengatakan, mimbar merupakan fasilitas ibadah yang seharusnya diperlakukan secara netral dan bukan sebagai alat tawar menawar politik lingkungan.

“Masjid adalah tempat ibadah seluruh warga. Mimbar yang kita pakai bersama bukan barang yang seharusnya dipolitisasi,” ujar Ahmad kepada wartawan di lokasi masjid.

Seorang jamaah lain, Ferdi (40), juga mengungkapkan kekesalannya: “Kalau kontribusinya ingin diakui, itu baik. Tapi mengambil kembali mimbar karena kalah dalam pemilihan itu tidak pantas.”

Pemilihan Ketua RT Picu Ketegangan

Pemilihan Ketua RT di lingkungan tersebut berlangsung melalui musyawarah warga. Menurut seorang tokoh lingkungan, Budi, agenda pemilihan sejatinya berjalan lancar dan demokratis. Namun muncul rasa ketidakpuasan di kalangan sebagian warga yang merasa aspirasi mereka kurang didengar.

“Saya kira pilihan sudah saling menghormati hasil musyawarah. Tapi sikap mengambil mimbar itu jelas membuat suasana jadi tidak kondusif,” ujar Budi.

Budi menambahkan bahwa konflik kecil seperti ini sebenarnya sangat bisa diselesaikan lewat dialog, ketimbang tindakan yang menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

Beberapa tokoh agama dan tokoh adat setempat turut menanggapi insiden itu. Mereka menilai bahwa tindakan tersebut menunjukkan lemahnya komunikasi antartetangga dan pentingnya pendidikan nilai budaya yang lebih kuat di tingkat paling dasar dalam masyarakat.

“Masjid bukan sekadar bangunan. Itu adalah wadah spiritual bagi seluruh umat Islam di sini,” kata tokoh agama Haji Mahmud. “Jika memang ada yang merasa dirugikan, seharusnya kita duduk bersama dan bicara baik-baik.”

Tokoh adat La Ode Hasan menambahkan bahwa tradisi dan kebiasaan lokal menekankan pada musyawarah mufakat dan saling menghormati atas keputusan kolektif.

Insiden ini terjadi di saat banyak masyarakat membicarakan pentingnya demokrasi dan musyawarah di lingkungan kecil seperti RT dan RW. Ketika konflik kecil mampu memicu tindakan ekstrem seperti mengambil kembali fasilitas umum, banyak pihak memikirkan kembali pentingnya pendidikan nilai kebersamaan dan etika sosial di tingkat komunitas.

Beberapa warga secara pribadi menyatakan mereka akan mengambil pelajaran dari kejadian ini: bahwa kontribusi sosial tidak boleh dikaitkan dengan kemenangan dalam urusan pemilihan, dan bahwa pemberian ikhlas seharusnya tidak terikat dengan hasil politik lokal.

Imbauan Pengurus dan Pemerintah Kelurahan

Pengurus masjid bersama Pemerintah Kelurahan Wua-Wua telah mengimbau agar mimbar dikembalikan ke tempat semula. Mereka mengatakan akan memfasilitasi pertemuan bersama warga terkait musyawarah RT, termasuk mediasi jika diperlukan, supaya konflik tidak semakin melebar.

Camat Kadia, Herman, menyatakan pihaknya siap menjadi penengah dan meminta semua pihak tetap tenang dan saling menghormati proses musyawarah yang telah dijalankan.

“Kita ini satu lingkungan. Persoalan kecil seperti mimbar masjid ini bisa saja diselesaikan dengan duduk bersama. Tidak perlu sampai merusak tatanan harmonis masyarakat,” kata Herman.

Insiden mimbar masjid yang diambil kembali karena kekecewaan dalam pemilihan Ketua RT bisa menjadi cermin perlunya kematangan berdemokrasi di tingkat paling dasar masyarakat. Simbol sosial seperti mimbar yang seharusnya menjadi wadah spiritual bersama berubah pada momentum ini menjadi alat ekspresi konflik personal.

Apa yang tampak sebagai persoalan kecil di lingkungan RT sesungguhnya mengandung pelajaran besar: bahwa demokrasi bukan sekadar suara menang atau kalah, tetapi bagaimana masyarakat bersama membangun saling menghormati dan kebersamaan di tengah perbedaan.
Baca Juga
Tag:
Berita Terbaru
  • Gagal Jadi Ketua RT, Warga Ambil Mimbar Masjid yang Pernah Disumbangkan
  • Gagal Jadi Ketua RT, Warga Ambil Mimbar Masjid yang Pernah Disumbangkan
  • Gagal Jadi Ketua RT, Warga Ambil Mimbar Masjid yang Pernah Disumbangkan
  • Gagal Jadi Ketua RT, Warga Ambil Mimbar Masjid yang Pernah Disumbangkan
  • Gagal Jadi Ketua RT, Warga Ambil Mimbar Masjid yang Pernah Disumbangkan
  • Gagal Jadi Ketua RT, Warga Ambil Mimbar Masjid yang Pernah Disumbangkan
Posting Komentar
Ad
Ad
Tutup Iklan
Ad