RAMALLAH, ERKAEL NEWS --- Ketegangan kembali terjadi di wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel. Pasukan keamanan Israel dilaporkan melukai tiga warga Palestina dan menahan sedikitnya empat orang dalam serangkaian operasi militer dan penggerebekan di sejumlah lokasi, Jumat (19/12/2025).
Menurut laporan Middle East Monitor, insiden tersebut terjadi dalam operasi terpisah di wilayah Ramallah, Yerusalem Timur, dan Nablus. Ketiga korban luka dilaporkan mengalami cedera akibat tembakan peluru tajam dan peluru karet yang dilepaskan pasukan Israel saat membubarkan warga.
Petugas medis dari Palestinian Red Crescent Society (PRCS) mengatakan dua korban luka ditembak di bagian kaki dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.
“Korban mengalami luka tembak dan saat ini kondisinya stabil, namun masih membutuhkan pengawasan medis lanjutan,” ujar seorang petugas medis PRCS, seperti dikutip Middle East Monitor.
Sementara itu, satu warga Palestina lainnya dilaporkan terluka dalam bentrokan yang terjadi di dekat tembok pemisah Israel di kawasan Al-Ram, timur laut Yerusalem. Bentrokan pecah ketika pasukan Israel melakukan patroli dan pembatasan pergerakan warga di area tersebut.
Selain melukai warga sipil, pasukan Israel juga menahan empat warga Palestina dalam penggerebekan rumah di wilayah Beit Furik, timur Nablus. Penahanan dilakukan pada dini hari dan disertai penggeledahan rumah warga.
Seorang saksi mata mengatakan, pasukan Israel masuk ke wilayah permukiman dengan kendaraan militer dan memaksa penghuni rumah keluar sebelum melakukan penahanan.
“Mereka datang saat warga masih tidur. Rumah-rumah digeledah dan beberapa orang langsung dibawa tanpa penjelasan,” kata saksi tersebut.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa penahanan dilakukan di tengah meningkatnya serangan oleh pemukim Israel terhadap petani Palestina di wilayah yang sama. Warga setempat mengklaim pasukan Israel justru mengamankan pemukim, sementara warga Palestina yang mencoba melindungi lahan mereka ditahan.
Ketegangan di Tepi Barat meningkat signifikan sejak pecahnya konflik berskala besar di Gaza pada Oktober 2023. Sejak saat itu, operasi militer, penahanan massal, dan bentrokan dengan warga Palestina semakin sering terjadi di wilayah pendudukan.
Data lembaga HAM Palestina mencatat ribuan warga Palestina telah ditahan oleh Israel sepanjang 2024–2025, sebagian besar tanpa dakwaan resmi. Banyak di antaranya merupakan warga sipil, termasuk anak-anak dan aktivis komunitas.
Pihak Israel berulang kali menyatakan bahwa operasi keamanan di Tepi Barat dilakukan untuk mencegah serangan terhadap warganya. Namun, organisasi hak asasi manusia internasional menilai tindakan tersebut kerap menggunakan kekuatan berlebihan dan berdampak langsung pada warga sipil.
Seorang pejabat hak asasi manusia lokal menilai insiden terbaru ini memperlihatkan pola penggunaan kekerasan yang berulang.
“Penembakan terhadap warga sipil dan penahanan tanpa proses hukum yang jelas terus terjadi. Ini memperburuk situasi kemanusiaan dan memperbesar risiko eskalasi,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari otoritas militer Israel terkait insiden tersebut. Namun, komunitas internasional kembali didesak untuk meningkatkan pengawasan terhadap situasi keamanan dan hak asasi manusia di wilayah Tepi Barat.
Insiden ini menambah daftar panjang kekerasan di wilayah pendudukan Palestina, sekaligus memperlihatkan rapuhnya kondisi keamanan warga sipil di tengah konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

