ERKAEL.com - JAKARTA --- Perayaan Tahun Baru yang kini identik dengan hitung mundur, pesta kembang api, dan resolusi hidup ternyata memiliki sejarah yang jauh lebih tua dari yang dibayangkan. Tradisi menyambut pergantian tahun telah dikenal manusia sejak sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, berakar dari ritual keagamaan dan siklus alam di peradaban kuno Mesopotamia.
Catatan sejarah menunjukkan, bangsa Babilonia menjadi peradaban pertama yang mendokumentasikan perayaan Tahun Baru melalui Festival Akitu. Perayaan ini digelar selama 12 hari dan berlangsung pada saat ekuinoks musim semi, ketika siang dan malam memiliki durasi yang sama. Akitu tidak sekadar pesta, melainkan ritual sakral yang menandai kemenangan dewa Marduk atas kekacauan serta simbol kelahiran kembali alam dan tatanan sosial.
Dalam prosesi Akitu, patung-patung dewa diarak, doa-doa dipanjatkan, dan kisah epik penciptaan Enuma Elish dibacakan ulang. Bahkan, raja Babilonia harus menjalani ritual penghinaan simbolis sebagai pengingat bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan para dewa, bukan manusia. Tradisi ini diyakini berkembang dari festival Sumeria yang lebih tua, Zagmuk, yang juga berfokus pada pembaruan kosmis dan sosial.
Seiring waktu, gagasan tentang Tahun Baru menyebar dan bertransformasi di berbagai peradaban. Bangsa Romawi mengadopsinya dengan menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun, hari yang didedikasikan untuk Janus, dewa bermuka dua yang melambangkan masa lalu dan masa depan. Penetapan ini kemudian diformalkan pada masa Julius Caesar melalui kalender Julian pada 46 SM.
Reformasi kalender terus berlanjut hingga abad ke-16, ketika Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian yang masih digunakan hingga kini. Sementara itu, di belahan dunia lain, tradisi serupa tumbuh dengan ciri khas masing-masing, seperti Nowruz di Persia yang juga berakar pada siklus musim semi, hingga perayaan Tahun Baru di Skotlandia yang berkembang sejak abad ke-17.
Menjelang pergantian tahun 2026, dunia kembali bersiap menyambut Tahun Baru dengan wajah modern. Hitung mundur di Times Square, kembang api di Sydney, hingga perayaan lokal di berbagai daerah Indonesia menjadi bagian dari tradisi global yang sama—sebuah ritual kolektif untuk menutup masa lalu dan menyambut harapan baru.
Lebih dari sekadar pesta, perayaan Tahun Baru terbukti menjadi benang merah sejarah umat manusia. Selama lebih dari 4.000 tahun, tradisi ini terus bertahan, berubah bentuk, namun tetap memuat makna yang sama: harapan akan awal yang lebih baik.
#tahunbaru2026 #tahunbaru #sejarah #2025-2026
